Cerita Sore Via Angkot
Sore tadi, tak seperti biasa,
saya jadi angkoter. Biasanya sih selalu ditemani sepeda pink. Namun, secara
rute hari ini kurang efisien jika naik sepeda, jadi agak elitan dikit, naik
mobil gak pribadi, alias ngangkot. Secara mobil impian masih belum siap
didesain sama desainernya sih.
Rute sore tadi adalah
Tuasan-Gatsu alias Gatot Subroto, tepatnya dari Kos ke Putra Mulia Hotel.
Langkah pertama keluar pintu kos sekitar jam 3. 15 pm. Untung
langsung dapat
angkot. Secara rencananya bergerak mulai jam 3. Nah, nyampek di Aksara musti
ganti angkot alias nyambung. Lumayan ganti suasana^^.
Di sms yang nyelonong masuk ke
HP sih katanya acara pengumumannya dimulai jam 4. Jadi perkiraan bakal nyampek
di TKP pas jam 4 kalau berangkat jam 3. Untung aja jalanan gak macet, jadi
tetap on time deh meski 15 menit delay dari jadwal keberangkatan.
Nah, pas turun dari angkot,
pas adzan ashar berkumandang. Pas masuk hotel, di lobi ketemu sama Dinda,
junior di IMM. Ternyata dia juga salah satu dari 60 finalis MAPAN yang juga
lagi nunggu pengumuman finalis yang masuk 25 besar. Acaranya belum dimulai,
jadi saya putuskan cari mushola dulu. Eh, di mushola ketemu junior IMM yang
lain, Fahri. Walau dia bukan finalis, namun bersamanya ada 2 orang yang
ternyata junior IMM yang juga finalis seperti saya. Jiaah, dunia kok makin
dilihat makin sempit ni yah^^. Dan poin kebetulannya masih nambah satu lagi,
mereka membawakan usaha yang mirip dengan rencana usaha milik saya. Lengkap lah
sudah.
Sampai ketika pengumuman akan dibacakan,
dibenak masih teringat mimpi tadi malam. Di situ jelas-jelas kelompok saya
termasuk dalam 25 besar. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya mimpi yang
begituan selalu terbalik artinya. Dan benar saja, dalam 25 besar proposal usaha
yang saya presentasikan tidak termasuk, mungkin urutan ke 26, 27, 28, dst. Hehe^^ namun syukur juga sih, sebab kalau
sempat tembus, bingung juga ngejalani nya. Soalnya buat proposal dan
presentasinya ngasal walau idenya sungguh-sungguh. Well, bak kata pepatah, you get what you deserve. Kita
mendapatkan yang pantas. Pelajaran yang didapat yaitu; Jangan setengah-setengah
dalam melakukan sesuatu, pasang niat yang benar, dan konsisten. Insya allah
pasti berkah.^_^
Selesai acara dan selesai foto
bareng para finalis, nyempatkan diri dulu ngambil snack di meja panitia. Panitianya
gak kelihatan, jadi ya make yourself at home dah, ambil-ambil sendiri. Maklum, bagi saya yang pecinta kue ini
Sayang kalau nggak diambil^^. Lagian masih banyak kotak yang tersisa. Dari pada
mubazir kan lebih bagus dibantuin ngabisinnya. Kurang baik apa saya coba?
Perjalanan pulang masih setia
berangkot ria. Masih dengan jalur yang sama, 2 kali turun angkot. Jalanan
pulang kali ini agak sedikit macet dibanding jalanan ketika pergi tadi. Maklum,
sudah jam pulang kantor. Penumpang pun bermacam ragam, ada anak sekolah,
mahasiswa, karyawan kantor, ibu-ibu dana anaknya yang kecapean abis belanja di
pajak, sampe inang-inang pasar yang mau pulang kerumahnya masing-masing. Memang
angkot merupakan tempat reuni dan berkumpulnya aneka macam manusia penghuni
kota Medan ini. Karena jenis penumpangnya yang heterogen, kemungkinan
adegan-adegan yang terjadi di angkot pun warna-warni pula.
Dari sebuah cuplikan adegan di
angkot, kita bisa melihat sebagian gambaran kehidupan sebuah si kota tersebut. Seperti
tadi misalnya. Dua penumpang yang baru naik, ibu-ibu, sedang asik berbincang. Awalnya
terdengar yang satu seperti merepet-repet tentang sesuatu, tak jelas entah apa.
Namun yang jelas ia kesal. Barulah semenit kemudian saya baru mengerti bahwa si
ibu tadi tidak senang dengan cara inang-inang pasar di Aksara dalam menjual
barang dagangannya. Pasalnya selain mereka hobi sekali mengurangi timbangan,
cara pelayananya pun buruk. Selain tidak ramah alias sombong, mereka sering
memaksa para pembelinya. Dan tak jarang mereka marah-marah jika si calon
pembeli yang ”dipaksa” tidak mau membeli. Heran, pembeli mana sih yang mau jadi
pelanggannya? Bukankah pembeli adalah ”Ratu”? (Maaf ya, buat para suami baik
hati yang sering bantuin istrinya belanja ke pasar. Soalnya mayoritas pembeli
di pasar itu masih wanita sih^^)
Setelah beberapa menit,
barulah saya tahu bahwa si ibu tadi sebenarnya juga berjualan pakaian di pasar
Aksara. Namun, ia adalah tipe penjual yang ramah dan juga tidak serakah dalam
mengambil keuntungan. Sealin itu ia juga pandai merayu pembeli, sehingga
pembeli klepek-klepek dengan rayuannya. Dari yang awalnya tidak berniat membeli
malah jadi ambil 2 pasang. Wah, ibu ini benar-benar luar biasa rayuan mautnya.^^
Pelanggannya juga pasti banyak.
Dilema pecinta angkot
Selama perjalanan,
pulang-pergi, perasaan angkot yang saya
tumpangi gak bosan-bosannya naik-turunin penumpang. Heran, dari mulai naik
sampai turun, tu angkot tetap aja penuh ma orang-orang yang suka ngangkot.
Orang Medan kelihatannya cinta banget dengan kendaraan roda empat yang satu
ini. Tapi meskipun mereka cinta dengan rodanya, eh maksudnya kendaraanya, belum
tentu mereka punya rasa cinta yang begitu menggebu-gebunya pada sesama
pemumpangnya.
Buktinya, sesama penumpang
sering gak teguran, walau sama sebelahnya atau depannya. Apa lagi kalau isi
angkotnya lagi penuh sesak. Pasti saling buang muka sama orang sebelahnya, atau
paling banter juga liatin layar HP dan sumbat telinga pake ear phone. Kalau pun ada penumpang yang ramah mau negur yang di
sebelahnya, paling juga kalimat standar, ”Mbak, geser dikit, Dong”.
Ada lagi nih, penumpang yang
gak mencintai sesama penumpang, yang kemungkinan besar disebabkan oleh rasa
cintanya yang sangat-sangat besar sama mesin berbahan bakar solar ini.
Sampe-sampe dia maunya tuh angkot cuma miliknya seorang. Maunya penumpang yang
lain gak boleh naik. Tapi secara yang pegang setir bang supir, dia gak biasa
buat apa-apa dong. Kan gak etis kalau dia bilang sama supirnya, ”Terus aja,
Bang. Gak usah berenti naikin sewa.” Bisa-bisa Dia yang dilempar setir sama
supirnya. Kasihankan penumpang yang udah telanjur naik. Mana belum pada nikah
lagi^^. Nah, penumpang yang kayak gini bakal dendam banget sama penumpang yang
dikasih naik sama Bang supir. Jadi dia bakal berikhtiar sekuat tenaga supaya
yang baru naik cepat-cepat turun.
Caranya, pertama-tama dia
tutup semua kaca jendela angkot itu. lalu perlahan ia keluarkan korek api yang
udah disiapin khusus dari rumah. Terus ia bakal mulai membakar ujung rokoknya.
Terus dihirup dalam-dalam sampe paru-parunya penuh lalu sesuka hatinya ia
keluarin tuh asap. Bahkan kadang sengaja ditiupin ke sebelahnya yang udah tutup
hidung dari tadi, gak bisa napas. Lalu dia dari balik asap rokoknya menikmati
sengsaranya wajah korbannya. Dalam hati dia bilang ”Rasain lo. Emang enak. Makanya jangan suka ngerebut kekasih orang”.
Biasanya penumpang kak gini punya komplotan tersembunyi. Sehabis satu batang
dibakar habis, kalau enggak bakar yang kedua, biasanya tukeran sib sama
komplotannya. Eh, mati satu di belakang, hidup lagi di depan.
Nah, itu sepenggal balada
angkoter versi saya. Penggal-penggal yang lainnya di episode selanjutnya
ya (6_6)
0 comments:
Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan Jejak ya ^_^