Cerita Sore Via Angkot

Kamis, Juni 07, 2012 Pertiwi Soraya 0 Comments


Sore tadi, tak seperti biasa, saya jadi angkoter. Biasanya sih selalu ditemani sepeda pink. Namun, secara rute hari ini kurang efisien jika naik sepeda, jadi agak elitan dikit, naik mobil gak pribadi, alias ngangkot. Secara mobil impian masih belum siap didesain sama desainernya sih.
Rute sore tadi adalah Tuasan-Gatsu alias Gatot Subroto, tepatnya dari Kos ke Putra Mulia Hotel. Langkah pertama keluar pintu kos sekitar jam 3. 15 pm. Untung
langsung dapat angkot. Secara rencananya bergerak mulai jam 3. Nah, nyampek di Aksara musti ganti angkot alias nyambung. Lumayan ganti suasana^^.
Di sms yang nyelonong masuk ke HP sih katanya acara pengumumannya dimulai jam 4. Jadi perkiraan bakal nyampek di TKP pas jam 4 kalau berangkat jam 3. Untung aja jalanan gak macet, jadi tetap on time deh meski 15 menit delay dari jadwal keberangkatan.
Nah, pas turun dari angkot, pas adzan ashar berkumandang. Pas masuk hotel, di lobi ketemu sama Dinda, junior di IMM. Ternyata dia juga salah satu dari 60 finalis MAPAN yang juga lagi nunggu pengumuman finalis yang masuk 25 besar. Acaranya belum dimulai, jadi saya putuskan cari mushola dulu. Eh, di mushola ketemu junior IMM yang lain, Fahri. Walau dia bukan finalis, namun bersamanya ada 2 orang yang ternyata junior IMM yang juga finalis seperti saya. Jiaah, dunia kok makin dilihat makin sempit ni yah^^. Dan poin kebetulannya masih nambah satu lagi, mereka membawakan usaha yang mirip dengan rencana usaha milik saya. Lengkap lah sudah.
Sampai ketika pengumuman akan dibacakan, dibenak masih teringat mimpi tadi malam. Di situ jelas-jelas kelompok saya termasuk dalam 25 besar. Dari pengalaman-pengalaman sebelumnya mimpi yang begituan selalu terbalik artinya. Dan benar saja, dalam 25 besar proposal usaha yang saya presentasikan tidak termasuk, mungkin urutan ke 26, 27, 28, dst.  Hehe^^ namun syukur juga sih, sebab kalau sempat tembus, bingung juga ngejalani nya. Soalnya buat proposal dan presentasinya ngasal walau idenya sungguh-sungguh. Well, bak kata pepatah, you get what you deserve. Kita mendapatkan yang pantas. Pelajaran yang didapat yaitu; Jangan setengah-setengah dalam melakukan sesuatu, pasang niat yang benar, dan konsisten. Insya allah pasti berkah.^_^
Selesai acara dan selesai foto bareng para finalis, nyempatkan diri dulu ngambil snack di meja panitia. Panitianya gak kelihatan, jadi ya make yourself at home dah, ambil-ambil sendiri. Maklum, bagi saya yang pecinta kue ini Sayang kalau nggak diambil^^. Lagian masih banyak kotak yang tersisa. Dari pada mubazir kan lebih bagus dibantuin ngabisinnya. Kurang baik apa saya coba?
Perjalanan pulang masih setia berangkot ria. Masih dengan jalur yang sama, 2 kali turun angkot. Jalanan pulang kali ini agak sedikit macet dibanding jalanan ketika pergi tadi. Maklum, sudah jam pulang kantor. Penumpang pun bermacam ragam, ada anak sekolah, mahasiswa, karyawan kantor, ibu-ibu dana anaknya yang kecapean abis belanja di pajak, sampe inang-inang pasar yang mau pulang kerumahnya masing-masing. Memang angkot merupakan tempat reuni dan berkumpulnya aneka macam manusia penghuni kota Medan ini. Karena jenis penumpangnya yang heterogen, kemungkinan adegan-adegan yang terjadi di angkot pun warna-warni pula.
Dari sebuah cuplikan adegan di angkot, kita bisa melihat sebagian gambaran kehidupan sebuah si kota tersebut. Seperti tadi misalnya. Dua penumpang yang baru naik, ibu-ibu, sedang asik berbincang. Awalnya terdengar yang satu seperti merepet-repet tentang sesuatu, tak jelas entah apa. Namun yang jelas ia kesal. Barulah semenit kemudian saya baru mengerti bahwa si ibu tadi tidak senang dengan cara inang-inang pasar di Aksara dalam menjual barang dagangannya. Pasalnya selain mereka hobi sekali mengurangi timbangan, cara pelayananya pun buruk. Selain tidak ramah alias sombong, mereka sering memaksa para pembelinya. Dan tak jarang mereka marah-marah jika si calon pembeli yang ”dipaksa” tidak mau membeli. Heran, pembeli mana sih yang mau jadi pelanggannya? Bukankah pembeli adalah ”Ratu”? (Maaf ya, buat para suami baik hati yang sering bantuin istrinya belanja ke pasar. Soalnya mayoritas pembeli di pasar itu masih wanita sih^^)
Setelah beberapa menit, barulah saya tahu bahwa si ibu tadi sebenarnya juga berjualan pakaian di pasar Aksara. Namun, ia adalah tipe penjual yang ramah dan juga tidak serakah dalam mengambil keuntungan. Sealin itu ia juga pandai merayu pembeli, sehingga pembeli klepek-klepek dengan rayuannya. Dari yang awalnya tidak berniat membeli malah jadi ambil 2 pasang. Wah, ibu ini benar-benar luar biasa rayuan mautnya.^^ Pelanggannya juga pasti banyak.



Dilema pecinta angkot
Selama perjalanan, pulang-pergi,  perasaan angkot yang saya tumpangi gak bosan-bosannya naik-turunin penumpang. Heran, dari mulai naik sampai turun, tu angkot tetap aja penuh ma orang-orang yang suka ngangkot. Orang Medan kelihatannya cinta banget dengan kendaraan roda empat yang satu ini. Tapi meskipun mereka cinta dengan rodanya, eh maksudnya kendaraanya, belum tentu mereka punya rasa cinta yang begitu menggebu-gebunya pada sesama pemumpangnya.
Buktinya, sesama penumpang sering gak teguran, walau sama sebelahnya atau depannya. Apa lagi kalau isi angkotnya lagi penuh sesak. Pasti saling buang muka sama orang sebelahnya, atau paling banter juga liatin layar HP dan sumbat telinga pake ear phone. Kalau pun ada penumpang yang ramah mau negur yang di sebelahnya, paling juga kalimat standar, ”Mbak, geser dikit, Dong”.
Ada lagi nih, penumpang yang gak mencintai sesama penumpang, yang kemungkinan besar disebabkan oleh rasa cintanya yang sangat-sangat besar sama mesin berbahan bakar solar ini. Sampe-sampe dia maunya tuh angkot cuma miliknya seorang. Maunya penumpang yang lain gak boleh naik. Tapi secara yang pegang setir bang supir, dia gak biasa buat apa-apa dong. Kan gak etis kalau dia bilang sama supirnya, ”Terus aja, Bang. Gak usah berenti naikin sewa.” Bisa-bisa Dia yang dilempar setir sama supirnya. Kasihankan penumpang yang udah telanjur naik. Mana belum pada nikah lagi^^. Nah, penumpang yang kayak gini bakal dendam banget sama penumpang yang dikasih naik sama Bang supir. Jadi dia bakal berikhtiar sekuat tenaga supaya yang baru naik cepat-cepat turun.
Caranya, pertama-tama dia tutup semua kaca jendela angkot itu. lalu perlahan ia keluarkan korek api yang udah disiapin khusus dari rumah. Terus ia bakal mulai membakar ujung rokoknya. Terus dihirup dalam-dalam sampe paru-parunya penuh lalu sesuka hatinya ia keluarin tuh asap. Bahkan kadang sengaja ditiupin ke sebelahnya yang udah tutup hidung dari tadi, gak bisa napas. Lalu dia dari balik asap rokoknya menikmati sengsaranya wajah korbannya. Dalam hati dia bilang ”Rasain lo. Emang enak. Makanya jangan suka ngerebut kekasih orang”. Biasanya penumpang kak gini punya komplotan tersembunyi. Sehabis satu batang dibakar habis, kalau enggak bakar yang kedua, biasanya tukeran sib sama komplotannya. Eh, mati satu di belakang, hidup lagi di depan.

Nah, itu sepenggal balada angkoter versi saya. Penggal-penggal yang lainnya di episode selanjutnya ya  (6_6)

You Might Also Like

0 comments:

Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan Jejak ya ^_^