Discount! OMG (Part 1)
How do you see “a
discount”
"Kalau kamu lihat ada diskon...”
“Bagus dong, bisa dapat
potongan harga.”
“Lumayan, bisa belanja
lebih hemat.”
“Kalau aku sih,
diskon
bisa berbahaya buat kantong, soalnya jadi pengen borong semuanaya. Apalagi
kalau dapat dikon besar-besaran.”
“Wajib mampir sih. Lihat-lihat barang apa yang didiskon. Kalau suka, langsung beli. Kalau gak suka
ciao deh.”
“Aku sih mikirnya,
barang yang didiskon tu kalau gak lagi promo pastinya kagak laku, atau hampir
kedaluarsa, atau kualitasnya kurang bagus. Apalagi kalau adanya di mall-mall,
udah gitu diskon besar-besaran lagi, sampai 75%, beli satu gratis satu (atau
malah gratis dua, gila). Saya mah, biasanya hati-hati banget sama yang kayak
begituan.”
“Diskon itu kan salah
satu strategi pemasaran untuk menarik konsumen. Selain kemasan produk yang
menarik, harga miring juga dipercaya dapat menggaet perhatian lebih dari calon
pembeli. So, ya sah-sah aja dong. Tinggal konsumennya aja yang harus berfikir
jernih agar tidak menyesal kemudian.”
Nah, kalau kamu? ^_^
Yaps, beda orang beda
pendapat. Ada positif ada juga negatif. Tinggal bagaimana menyikapinya.
Kalau saya pribadi sih,
saya bukan pribadi yang pesimistis, tapi realistis. Jika kita fikir secara
logis, siapa sih yang mau rugi?!
Sama dengan “diskon”
atau potongan harga. Diskon berbanding terbalik dengan harga barang. Semakin
bertambah diskonnya semakin berkurang harga normalnya. Berarti semakin
berkurang untung yang didapat penjual, bahkan jauh dibawah biaya produksi
barang tersebut. loh, berarti perusahaan merugi dong, wong modalnya saja gak
balik? (Trus, kok masih aja buat diskon?)
Hmm, bisa iya bisa juga
tidak. Loh kok?
Baiklah mari kita bedah
satu persatu.
Tadi poin pertamanya
rugi karena tidak balik modal kan? Nah, coba Anda bayangkan. Anda memproduksi
sebuah kue Pao (kok mesti ini contohnya) dengan harga 1000 rupiah. Seharusnya
terjual dengan harga 1.500 rupiah, namun tak seorang pun berminat karena
mungkin harganya terlalu mahal atau karena faktor lain. Mana yang lebih baik,
dapat modal kembali 375 rupiah (dengan memberikan diskon 75%) atau tidak balik
modal sama sekali (alias rugi total)?
Pelajaran pertama: ada
kemungkinan mutu barang kurang baik, dan bukan tidak mungkin berbahaya (udah
mendekati tanggal kedaluarsa bro, seram).
Poin kedua, beri diskon
tapi tidak merugi, kok bisa? Nah, kalau ini memang
benar terjadi, berarti mereka punya strategi pemasaran yang luar biasa. Dengan
kalkulasi yang tepat, dan pengemasan yang menarik, apa pun bisa terjadi di
dunia pemasaran. Coba pikirkan dua benda dengan kualitas sama, bisa memiliki
harga yang jauh berbeda, hanya karena di pasarkan di tempat yang berbeda.
Sebuah syal buatan tangan ditempatkan
pada pedagang kaki lima hanya di gantung saja, dan syal yang sama ditempatkan
di pusat perbelanjaan modern apalagi internasional dengan kemasan menarik.
Perbedaan harganya bisa jutaan bro.
Anggaplah harga
produksi syal tersebut 50.000 rupiah. Di kali lima, harga paling jauh 200.000
rupiah itu pun jika tanpa tawar-menawar. Sedangkan di pusat perbelanjaan, bandrol
1.000.000 rupiah wajar-wajar saja. Mesikupn diberi diskon 75 persen, atau beli
satu gratis tiga (tiga bro, tiga), penjual tidak akan rugi, bahkan masih untung
besar. Ini dia matematikanya:
Diskon 75%:
1.000.000 – (75% x 1.000.000) = 250.000 (laba 200.000)
Beli 1 gratis 3:
1.000.000 – (3 x 50.000) = 850.000 (laba 800.000)
(Wow, ternyata jenis
diskon buy 1 get x free jauh lebih
menggiurkan bro)
Pelajaran kedua:
semakin menggiurkn diskon yang ditawarkan, harus semakin waspadalah para
pembeli. (Pikir sendiri J)
Bersambung dulu deh ya :)
Bersambung dulu deh ya :)
kallo saya lebih seneng diskon daripada buy 1 get 1 :D
BalasHapusterkadang saya juga :)
BalasHapus