Jangan Marah
Adakah di dunia ini manusia
yang tak pernah marah? Jawabannya tentu tidak karena marah adalah salah satu
sifat alami manusia. Marah menunjukkan bahwa seora
ng manusia sedang menjalani kehidupannya. Dengan mengeluarkan emosi kemarahan sering kali dapat membuat perasaan menjadi lebih plong, dari pada jika dipendam yang membuat perasaan tertekan dan menyesakkan dada. Namun, haruskah kita mengumbar rasa marah? Dan bagaimanakah marah dalam Islam?
ng manusia sedang menjalani kehidupannya. Dengan mengeluarkan emosi kemarahan sering kali dapat membuat perasaan menjadi lebih plong, dari pada jika dipendam yang membuat perasaan tertekan dan menyesakkan dada. Namun, haruskah kita mengumbar rasa marah? Dan bagaimanakah marah dalam Islam?
Rasulullah Saw bersabda, ”Hindarilah kemarahan, karena ia merupakan
bara yang dinyalakan di dalam hati anak Adam. Tidakkah kalian melihat ketika
salah seorang di antara kalian marah, kedua matanya memerah dan urat lehernya
mengencang. Apabila salah seorang di antara kalian marah, hendaklah dia
berbaring atau merebahkan diri ke tanah.”(HR. Imam Nawawi).
Dalam hadis di atas, marah
diibaratkan sebagai ”bara”. Bara jika ditiup angin, mampu melalap gelondongan
kayu di dekatnya hingga menjadi arang bahkan abu. Maksudnya, rasa marah yang
jika dibiarkan meluap-luap malah akan membakar kita, sang pemilik emosi hingga
kehilangan kontrol diri, tak lagi sadar akan apa yang kita ucapkan dan lakukan,
karena yang kita ingat hanyalah memuntahkan emosi sejadi-jadinya. Dan semuanya
telah terlambat ketika kita menyadari apa yg baru saja dilakukan. Tidak hanya
berapa banyak barang yang berserakan di sana-sini, sebagian bahkan pecah, namun
juga berapa banyak hati yang tersakiti akibat ucapan yang dilontarkan, belum
lagi rasa bersalah yang menghampiri diri kita.
Ketika kita marah, ratusan
bahkan ribuan urat saraf kita putus, terutama saraf di bagian wajah. Setiap
saraf di tubuh kita memiliki fungsinya masing-masing sebagai penyampai
informasi. Satu saraf saja tidak bekerja dengan baik akan mempengaruhi kinerja
bagian yang lainnya. Hal ini tentunya berpengaruh pada kinerja otak, dan tubuh
kita. Menjadi cepat lupa dan kordinasi otak dan tubuh terganggu. Bayangkan
akibatnya jika kita sering marah bahkan ”hobi” sekali marah. Dan bayangkan apa
yang terjadi dengan wujud wajah kita yang sarafnya sering sekali berputusan.
Kerut sana kerut sini. Pantas saja ada ungkapan ”marah cepat tua”.
Menghindari kemarahan
memanglah tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Perlu latihan kontinu
dan kesabaran yang tak berujung. Saya terinspirasi dari seorang teman yang
selama saya mengenalnya, belum pernah sekali pun saya melihatnya marah bahkan
menunjukkan gejala marah sekalipun. Pernah sekali saya sengaja melakukan suatu
hal untuk membuatnya marah, namun ia hanya tersenyum dan gagallah membuatnya
marah.
Luqman berkata kepada anaknya,
”Apabila kamu menjadikan seseorang sebagai saudara, maka buatlah dia marah.
Apabila dia dapat menahan kemarahannya, maka jadikanlah dia sebagai saudara.
Jika tidak, maka hati-hatilah terhadapnya.” Dalam suatu riwayat Amr bin Ash
berkata:” Aku bertanya kepada Rasulullah Saw tentang sesuatu yang dapat
menjauhkanku dari kemarahan Allah Ta’ala. Beliau bersabda: ’Jangan marah’”
Pada hadis yang lain
diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa seorang laki-laki berkata kepada
Rasulullah Saw: ”Berwaasiatlah kepadaku.”
Rasulullah Saw bersabda: ”Jangan Marah.”
Beliau mengulanginya hingga beberapa kali seraya bersabda: ”Jangan marah.” (HR Al-Bukhari).
Orang yang kuat itu bukanlah yang menang dalam gulat tetapi orang yang kuat
adalah orang yang mampu menahan nafsu amarahnya. (HR. Buhkari dan Muslim)
Begitu pentingnya untuk
menahan amarah sehingga kita terjauh dari amarah Sang Pencipta, begitu pentingnya
menahan marah hingga Rasulullah mengulang sabdanya untuk jangan marah beberapa
kali. Begitu mulianya menaklukkan amarah hingga orang yang mampu menahan nafsu
amarahnya digelari sebagai orang yang terkuat di dunia.
Sering kali kita terjerat pada
hal-hal kecil yang menyulut bara amarah. Lalu bagaimanakah agar kita terhindar
dari rasa marah? Berikut ada beberapa kiat yang dapat kita amalkan untuk
menahan marah.
Memaafkan. Dalam
surah Al-A’Raf: 199, Allah Swt. berfirman, ”Jadilah
engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah
dari orang-orang yang bodoh.”
Pikirkan lagi.
Pantaskah kita marah akan hal-hal yang terjadi, karena tak jarang kita lebih
mengedepankan emosi dari pada logika akan pantas atau tidaknya sesuatu untuk
diperlakukan dengan ”marah”.
Possitive thinking. Cobalah
untuk memahami sikap orang lain atau tempatkanlah diri kita sebagai orang lain
dalam situasi yang sama. Bukan tidak
mungkin kita akan melakukan hal yang sama dengan yang mereka lakukan.
Tersenyum.
Bercerminlah saat kita marah dan lihatlah bagaimana mengerikannya rupa yang terpantul
di cermin. Cobalah untuk tersenyum lalu lihat dan rasakanlah bedanya.
Diam dan dengarkan. Mendengarkan
kadang lebih efektif dari pada berbicara dan meluapkan perasaan kesal. Isa a.s
berkata kepada Yahya bin Zakariya a.s:”Aku
akan mengajarimu sebuah ilmu yang bermanfaat, yaitu jangan marah.” Yahya
a.s berkata: ”Bagaimana mungkin aku tidak
marah?” Isa a.s berkata: ”Apabila
kepadamu dikatakan sesuatu yang memang ada padamu, maka katakanlah: ’Inilah
dosa yang diingatkan kepadaku. Aku memohon ampun kepada Allah darinya. ’Dan
apabila dikatakan sesuatu yang tidak ada padamu, maka memujilah kepada Allah,
sebab Dia tidak menjadikan sesuatu yang dapat membuatmu dicela. Itulah kebaikan
yang diberikan kepadamu.”
Membaca Taawauz. Karena pada
orang-rang yang marah, setan dekat dengannya. Maka berlindunglah kepada Allah
Swt dari setan.
Ubah posisi. Jika
kita marah dalam posisi berdiri maka duduklah, jika kemarahan tidak juga
berkurang maka berbaringlah. Jika berbaring juga tidak mampu meredakan amarah,
maka berwudhu dan sholatlah. Rasulullah kerap kali shalat dua raka’at untuk
menenangkan hati. Dalam sebuah riwayat Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya marah itu berasal dari
setan. Setan diciptakan dari api. Yang dapat memadamkan api adalah air. Karena
itu apabila salah seorang diamtara kalian marah, hendaklah berwudhu.”
Ungkapkan dengan tulisan. Dari pada menumpahkan dengan deretan kata-kata minim bermanfaat dan kaya mudharat,
lebih baik menumpahkannya dalam tulisan. Selain malah mengasah kemampuan
menulis kita, tulisan yang dihasilkan juga bisa menjadi refleksi bagi kita.
Insyaallah kiat-kiat di atas
dapat membantu dalam memanajemen amarah kita, sehingga kita paling tidak dapat
untuk menunda kemarahan, lebih bagus lagi jika kita bisa memaafkan. Ingatlah bahwa sebaik-baiknya orang adalah
orang yang melambatkan marah dan mempercepat keridhaan. Dan sejelek-jeleknya
orang adalah orang yang mempercepat amarah dan memperlambat keridhaan
(HR.Ahmad dari Abu Said Al Khidri). Wallahu’a’lam bi shawab.
Diterbitkan di Harian Analisa, Mimbar Islam, Jumat 11 Mei 2012
0 comments:
Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan Jejak ya ^_^