Tampilkan postingan dengan label Cerpen. Tampilkan semua postingan
Resign?
Pastilah aku cukup tersentuh, terharu, bangga, bahagia dan segala nama unsur melankolis yang ada, sehingga kutuliskan sebagian mozaik hidupku hari ini. Sangking terbawa perasaannya, tak henti-hentinya ku tersenyum sepanjang jalan pulang ke asrama. Apa pasal? Yang jelas tidak tercantum di Pembukaan UUD 1945.
Biang keroknya adalah karena gaji bulananku terlambat dibayarkan.
Ketika Purnama Menjadi Mentari
Purnama di langit kian berdarah, merah membara. Kota Syene hancur, remuk redam, luluh lantah tinggal puing. Kobaran api masih terlihat di mana-mana. Raungan sirine bersahut-sahutan. Jeritan, tangisan, dan ratapan berbaur dalam kegalauan malam itu. Pilu.
Sesosok wanita berjalan terseok-seok menyeret kaki kirinya yang hancur. Pahanya nyeri. Darah mengikutinya sepanjang jalan. Jeans birunya bercat darah dimana-mana. Entah darahnya sendiri atau bukan ia tak tahu. Kemeja biru mudanya tak kalah bercat. Dari celah kerahnya terlukis aliran merah sa
Langganan:
Postingan (Atom)
Popular Posts
-
Main Tebak-Tebakan
-
Tahu Nggak Sih? Versi: Bahasa Tubuh Hewan
-
Jangan Marah
-
Ada Apa denganku?(part 1)
-
Syair Hujan
-
Pada Suatu Masa Hiduplah Seorang Gadis Bernama Aisyah
-
Cerita Sore Via Angkot
-
Angkatan V FLP Sumatera Utara (Rekrutment)
-
Sepotong Mozaik di Banda
-
Aksi Sosial Donor Darah Forum Lingkar Pena (FLP) SUMUT