Menanam Literasi, Memanen Perubahan: Jejak Jamaluddin dari Kanreapia Mendunia
Pagi di Kanreapia selalu disambut kabut, udara dingin namun menyegarkan, embun yang menempel di dedaunan, dan terkadang suara sprinkler yang sedang menyemprotkan air di lahan-lahan pertanian terdengar dari kejauhan. Di antara pemandangan itu, Jamaluddin berjalan tenang membawa tumpukan koran yang kemarin ia dapat dari kantor desa.
Hari itu potongan-potongan koran baru yang telah ia pilah akan ia tempelkan di dinding Rumah Koran. Anak-anak pasti senang karena ada bahan bacaan baru. Sambil melepas tempelan lama dan menggantinya dengan potongan yang ia bawa, Jamal tersenyum teringat bagaimana dulu aksinya ini kerap dicibir penduduk Kanreapia. “Orang kuliah tapi kerjanya tempel-tempel koran”. Sebuah kalimat yang dulu sering lewat di telinganya.
Pulang kampung karena melihat potensi dan panggilan hati
Berawal dari keprihatinannya pada rendahnya minat baca dan akses pendidikan di desanya; anak-anak petani yang sehari-hari lebih akrab dengan mencangkul daripada baca buku, cara pandang warga yang tak mementingkan pendidikan sehingga banyak anak yang putus sekolah, serta tingginya angka pernikahan dini. Jamal merasa terpanggil untuk mengabdi pulang kampung.
Selain itu ia juga telah lama melihat potensi pertanian di Desa Kanreapia. Jadi, walaupun awalnya tidak mendapat respon yang baik, tapi berkat dukungan keluarga, tekadnya ini pun ia eksekusi. Jamal ingin mengubah stigma bahwa tak semua orang yang pendidikannya tinggi lupa akan kampung halamannya.
Tamat S2, walau sempat menjadi dosen, Jamal pun akhirnya pulang kampung.
“Kalau stay di kampus, sudah banyak magister, profesor dan doktor di sana. Tapi di kampung, saya dibutuhkan”. Ujarnya.
Tamat kuliah kerjanya tempel-tempel Koran
Jamal memulai aksinya lewat gerakan literasi dengan mendirikan Rumah Koran. Sebuah rumah baca yang dibuat dari bekas kandang bebek milik orang tuanya. Ia menempelkan potongan-potongan koran pada dinding-dinding luarnya. Dengan harapan nanti ketika anak-anak lewat, para petani muda dan tua yang lagi istirahat sambil duduk-duduk menjadi tertarik melihat dan membaca koran-koran yang ia tempelkan.
Awalnya di Rumah Koran, Jamal mengajarkan baca tulis, bertujuan sebagai usaha memberantas buta aksara di desa Kanreapia. Lama-lama banyak anak muda, petani muda dan petani tua yang juga sering ikut berkumpul, berdiskusi macam-macam, seperti tentang pupuk, hama, seputar masalah pertanian hingga isu sosial.
Jadilah Rumah Koran berkembang menjadi wadah edukasi bagi masyarakat Desa Kanreapia. Jamal sering menyelipkan edukasi tentang pertanian organik di sela-sela diskusi dengan pemuda setempat sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi berkelanjutan.
3 tahun setelah Rumah Koran berdiri, tepatnya 2017, Jamaluddin mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award dalam kategori pendidikan. Berkat usahanya mencerdaskan anak petani Desa Kanreapia.
Terlihat tak nyambung, ternyata malah jadi benang merah
S1 jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, S2 jurusan Manajemen, S3 jurusan Ekonomi Islam. Sekilas terlihat campur-campur, bukan. Namun ternyata ada filosofi bijak dibalik pilihan jurusan yang ditekuni seorang Jamal.
“Ketika berbicara literasi artinya kita berbaur dengan pendidikan. Ketika bicara tentang pertanian, maka kita butuh manajemen untuk mengelola pertanian. Terakhir, karena kita melakukan budidaya, panen, pemasaran, dan lain-lain kita butuh masuk di ekonomi Islam agar kita bisa terkontrol. Jadi kita tidak hanya menghabisi lahan, menghabisi pepohonan nya, tidak menjaga mata airnya. Kita tidak boleh rakus. Karena kita ingin ekonomi yang berkelanjutan, pertanian yang berkelanjutan.” Begitu papar Jamal.
Ia juga menambahkan bahwa saat ini Rumah Koran sedang menjalankan program baru yaitu menciptakan doktor pertanian dari praktisi tani.
Jadi ketiga jurusan yang ia tempuh malah menjadi satu benang merah untuk memberdayakan masyarakat berliterasi di tanah yang subur, Desa Kanreapia
Semangat berliterasi di tanah yang subur
Melalui edukasi-edukasi yang dijalankan Jamaluddin lewat Rumah Koran, hingga kini telah banyak perubahan yang dirasakan secara langsung.
Dulu masyarakat hanya menanam 3 jenis komoditas yaitu markisa, jagung dan dan ubi jalar. Setelah hadirnya Rumah Koran, paling tidak ada 10 jenis sayuran utama yang dibudidayakan; kentang, wortel, sawi, kol, kembang kol, tomat, labu siam, buncis, daun bawang dan seledri. Lalu yang paling baru, banyak petani yang mulai fokus pada tanaman seledri karena dianggap lebih menguntungkan dan lebih efisien, baik dari segi waktu panen, kemudahan perawatan dan penanaman, juga harga.
Sistem pertanian di Kanreapia pun perlahan-lahan beralih ke pertanian organik. Sehingga menghasilkan kualitas sayuran yang lebih sehat karena bebas bahan kimia, dan dari segi kuantitas juga meningkat jumlahnya.
Bukti nyata perubahan karena sentuhan literasi hijau yang dilakukan Jamal ini dirasakan betul saat era COVID-19 melanda. Jamal menggerakkan petani di Kanreapia untuk turut sedekah sayur ke dapur Sat. Brimob Polda SulSel. Saat itu antusiasme petani luar biasa hingga terkumpul kurang lebih 50 ton sayuran segar. Gerakan sedekah sayur ini pun mengantarkan Desa Kanreapia sebagai salah satu desa Binaan Astra di 2021.
Ternyata masyarakat Kanreapia sangat senang karena bisa ikut bersedekah. Tak sampai di situ saja, kegiatan sedekah sayur ini kini rutin dijalankan sampai 3 kali sebulan. Menyasar panti asuhan dan pondok pesantren di Sulawesi Selatan. Kini sedekah sayur bahkan bisa tembus hingga 100 ton sayuran segar.
Inovasi lewat sentuhan literasi lingkungan selanjutnya, petani sayur Kanreapia kini bisa menanam dan panen sepanjang tahun, tanpa perlu khawatir kekeringan di musim kemarau. Jamal memanfaatkan kearifan lokal bergotong royong tiap hari Kamis yang sudah ada sejak dulu, Akkammisi sebutannya, untuk membangun embung (tempat penampungan air). Ia ingin agar budaya nenek moyang ini tetap lestari.
“Sekarang sudah ada 100 embung di Kampung Sayur.” Ujar Jamal.
Inovasi ini mampu menghijaukan Kampung sayur meski di musim kemarau.
Efeknya, di 2023 datanglah penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup RI. Kampung Sayur mendapat predikat sebagai Kampung Iklim Berseri.
Harusnya bangga jadi petani
Kalau ditanya, rata-rata petani di Kanreapia ketika menyekolahkan anaknya, tidak ingin jika nanti anaknya jadi petani juga. Maunya jadi profesi yang lainnya, jadi dokter, polisi, guru. Yang penting jangan jadi petani. Stigma inilah yang ingin diubah Jamal.
“Satu kebanggan lahir sebagai anak petani, besar di lingkungan pertanian. Kalau kita punya potensi pertanian, kenapa tidak kita hadir di pertanian, dan berkontribusi untuk pertanian?”. Ucapnya bersemangat.
Ia bertekad untuk menularkan semangatnya ini pada para petani, pada anak-anak petani. Katanya lagi, “Pejabat-pejabat di kota itu tidak bisa makan tanpa petani. Tanpa petani, tidak ada makanan. Kenapa harus malu? Padahal kita yang menyiapkan pangan.”
Ya, memang sudah seharusnya bangga dengan identitas sebagai petani.
Dari bekas kandang bebek menjadi tiket ke Dubai
Satu kebaikan akan mengundang kebaikan lainnya datang. Masih di tahun 2023, Penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup tadi diikuti dengan pengakuan dari COP28 di Dubai. Sebuah Konferensi Tahunan Perubahan Iklim yang diadakan PBB. Jamal pun diundang sebagai narasumber untuk berbagi cerita tentang Kanreapia. Tentang bagaimana sistem gotong royong Akkammisi-nya, pertanian organik nya, embung dan lain sebagainya.
“Eh, ternyata di tingkat desa di Indonesia, ada budaya gotong royong yang diterapkan di sana, dan hasilnya bisa mempertahankan iklim dan lingkungan mereka”. Kata Jamal menirukan pikiran para penyelenggara COP28.
Sungguh Jamal tak pernah menyangka bahwa gerakan kecil yang ia mulai dari tempel-tempel koran di bekas kandang bebek dulu, di kemudian malah hari berbuah menjadi tiket gratis ke Dubai.
Kalau gagal coba lagi
Rupanya Jamaluddin pernah kalah meraih SATU Indonesia Award. Pertama kali ia mendaftar pada kategori lingkungan. Namun karena masih banyak peserta lain yang lebih bagus programnya, Jamal pun tidak masuk nominasi. Namun, ia tak patah semangat. Di tahun berikutnya Jamal ikut daftar lagi. Kali ini ia masuk dari kategori pendidikan. Dan seperti sekaranglah jadinya.
Rupanya Jamaluddin pernah kalah meraih SATU Indonesia Award. Pertama kali ia mendaftar pada kategori lingkungan. Namun karena masih banyak peserta lain yang lebih bagus programnya, Jamal pun tidak masuk nominasi. Namun, ia tak patah semangat. Di tahun berikutnya Jamal ikut daftar lagi. Kali ini ia masuk dari kategori pendidikan. Dan seperti sekaranglah jadinya.
“Jangan takut gagal. Kalau gagal, coba lagi. Gagal lagi, coba lagi”. Kata Jamal tersenyum.
Sama seperti perjalanan Jamal membumikan literasi di Kanreapia, tak selalu mulus dan baik jalannya. Ada fase cemoohan, penolakan, disepelekan, dan lain sebagainya. Namun Jamal menjadikan semua itu sebagai suatu tekad untuk terus melangkah melakukan edukasi.
Dan baru-baru ini, September 2025, Jamaluddin meraih penghargaan ENSIA Award 2025 sebagai local hero inspiratif dengan judul inovasi “Literasi Lingkungan di Kampung Berseri Astra Kanreapia”, karena kemampuannya menggerakkan masyarakat Kanreapia lewat literasi lingkungan.
Senjata yang paling ampuh untuk mengubah dunia adalah pendidikan
Perjalanan Jamaluddin membumikan literasi di tanah yang subur membuka mata kita bahwa mengubah dunia bisa dilakukan dari hal sederhana. Lakukan saja dulu. Kebaikan kecil yang kita semai sekarang, di masa depan sangat mungkin kita akan panen dampak yang mengejutkan.
“Lakukanlah hal-hal kecil. Walaupun kecil tapi tetaplah berjalan seperti kura-kura. Walaupun lambat kita akan sampai di garis finish nya. Karena itu nanti akan membawa kita ke suatu tempat yang akan datang sendiri manfaatnya.” Tutup Jamaluddin dengan senyum penuh harapan.
Sumber:
Youtube SATU Indonesia award: Bincang Inspiratif 16th SATU Indonesia Award 2025 Manado
Youtube Rumah Koran: Kanreapia di A_Satu TVRI
Youtube Tv Tani Rumah Koran : KBA Kanreapia di Zona Tani TVRI Sebagai Kampung Sayur
https://rri.co.id/features/390438/kisah-inspiratif-jamaluddin-pencerdas-anak-petani-desa-kanreapia (diakses 20 Oktober 2025)
rumah-koran.blogspot.com
Instagram @rumah.koran
Instagram @kbakanreapia
Instagram @tvtanirumahkoran
Instagram @kampung.sayur
0 comments:
Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan Jejak ya ^_^