Mengapa Menulis?

Tiap orang pasti punya jawaban berbeda . Beberapa mungkin memiliki alasan sama. Ada yang karena tugas kuliah, ada ynag karena tuntutan profesi, ada pula karena hobi, ada pla dengan alasan-alasan unik seperti agar terkenal, agar dikenal, karena lagi stress, de el el.

Saya sendiri memiliki alasan yang tak konsisten. Dahulu, alasan saya menulis adalah untuk menyalurkan ide-ide, lalu berganti dengan mengikuti filosofi “aku menulis maka aku ada”. Dan akhir –akhir ini saya menemukan alasan yang cukup masuk akal buat saya, yaitu saya menulis agar tak lupa. Pasalnya tingkat kepelupaan itu kian hari kian bertambah saja.



Banyak ide, peristiwa, bahkan memori yang kuat auranya pada awalnya kian terlupakan hakikatnya seiring berlalunya waktu. Itulah yang saya rasakan. Saying sekali rasanya jika hal-hal yang luar biasa (menurut kategori saya), dibiarkan dengan sengaja menghilang perlahan. Dan suatu saat nanti bahkan untuk memanggil kembarli memori tersebut sangat susah, jangan kan detailnya, potongan-potongan ingata tersebut bahkan tercampur dengan potongan memori lainnya. Ah sayang sekali bukan.

Jadi untuk saat ini alasan inilah yang saya punya. Alasan ini jugalah yang mengikat saya untuk mulai dan tetap konsisten menulis, apapun itu. karena kelalaian untuk mencatat suatu peristiwa yang dialamai, ataupun dipikirkan dampaknya akan sangat mengecewakan kelak. And I don’t want to be disappointed. (Again and again).

Jadi dengan catatan yang saya buat sendiri ini, merupakan awal dan ikrar yang wajb ditepati, merupakan komitmen untuk dilaksanakan.
Semoga bermanfaat khususnya buat diri saya sendiri, sebagai pengingat kala lupa, sebagai cerminan ketika lalai, dan pembelajaran dalam mengisi rapor akhirat (meminjam kosakata seorang teman). Bismillahirrahmaanirrahiiim.

Rumah Kedua, Rabu 20 April 2016.

Jika Seorang Pleghmatis...

Kamu adalah tipe orang Pleghmatis. Cinta damai, tak mau cari masalah, pengamat, pendengar dan juga pemberi solusi yang baik.

Kamu bukan jenis orang yang akan turun ke jalan menyuarakan pendapatmu.

Jika tidak senang akan sesuatu, kamu

Itadakimasu

Setiap yang hidup pasti butuh makanan untuk tetap hidup. (Kalimat pembukanya terlalu mainstreem. OK scratch that. And here we go again.)

Mahkluk hidup tidak hanya butuh makanan tapi juga

Love VS In Love

Just come across my mind. It’s about the difference between “love” and “In love”. This is just one of many differences between them. Moreover it’s my own version.

Me and Horror Movies

"Say no to horror and full thriller movies."

Itu moto kehidupan dunia perfilmanku. Takut? Hmm, iya dan enggak. “Iya” takutnya lebih dari sedikit, dan “Enggak”

Discount! OMG (Part 1)


How do you see “a discount”


"Kalau kamu lihat ada diskon...”




“Bagus dong, bisa dapat potongan harga.”

“Lumayan, bisa belanja lebih hemat.”

“Kalau aku sih,

The Lightning


For some people, lightning is something hideous, dangerous and worth avoiding. It’s destructive power kills anything it strikes. The sounds  it produces terrorize all living ears. And when the nature conspirates to make it happen, all living things are alarmed and choose to stay away from it. So they just stay inside someplace safe.

Unlike them, I find lightning enjoyable. For me it is one of God's greatest creations. Lightning has many meanings and scientific explanations wrapped around it. Besides, there is always exitement in watching the sky scratched by those incredible shapes. Moreover when there is a lightning storm and

Testing Testing ^_^

Book Review: Makna di Balik Ikon-ikon Kota Jakarta


Judul Buku     : The Jacatra Secret – Misteri Simbol Satanic di Jakarta
Penulis           : Rizki Ridyasmara
Penerbit        : Bentang
Tahun Terbit   : Juli 2013
Tebal              : x + 438 halaman



Profesor Sudrajat, pakar ekonomi terkemuka Indonesia, ditemukan tewas tertembak tepat di gerbang Museum Fatahillah Jakarta. Kematiannya semakin misterius dengan adanya sebuah pesan kematian atau dikenal dengan dying message, yang sengaja ia tulis dengan darahnya sebelum nafas terakhirnya. “AS AT DUCH”, begitulah pesannya.

Menariknya, pesan tersebut merupakan sebuah anagram yang dengan mudah dipecah oleh Doktor Jhon Grant, simbolog terkemuka dari Amerika. Ia kebetulan didaulat sebagai keynote speaker dalam acara pertemuan Conspiratus Society, sebutan bagi para penikmat teori konspirasi. Ia tak menyangka bahwa kunjungannya ke Jakarta saat itu akan menjadi sedemikian rumit. Pesan kematian sang pejabat pemerintah tersebut malah menyeretnya dan Angelina, seorang

Idealis Penyelaras (saya tipe kepribadian)

Idealis Penyelaras (saya tipe kepribadian)