Book Review: Makna di Balik Ikon-ikon Kota Jakarta

Minggu, Juni 08, 2014 Pertiwi Soraya 0 Comments


Judul Buku     : The Jacatra Secret – Misteri Simbol Satanic di Jakarta
Penulis           : Rizki Ridyasmara
Penerbit        : Bentang
Tahun Terbit   : Juli 2013
Tebal              : x + 438 halaman



Profesor Sudrajat, pakar ekonomi terkemuka Indonesia, ditemukan tewas tertembak tepat di gerbang Museum Fatahillah Jakarta. Kematiannya semakin misterius dengan adanya sebuah pesan kematian atau dikenal dengan dying message, yang sengaja ia tulis dengan darahnya sebelum nafas terakhirnya. “AS AT DUCH”, begitulah pesannya.

Menariknya, pesan tersebut merupakan sebuah anagram yang dengan mudah dipecah oleh Doktor Jhon Grant, simbolog terkemuka dari Amerika. Ia kebetulan didaulat sebagai keynote speaker dalam acara pertemuan Conspiratus Society, sebutan bagi para penikmat teori konspirasi. Ia tak menyangka bahwa kunjungannya ke Jakarta saat itu akan menjadi sedemikian rumit. Pesan kematian sang pejabat pemerintah tersebut malah menyeretnya dan Angelina, seorang
pengagum tulisannya, pada anagram dan kode-kode selanjutnya.

Keesokan harinya, penjaga museum Taman Prasasti ditemukan terbunuh. Dari olah TKP, disimpulkan bahwa korban dibunuh oleh pelaku yg sama dengan pelaku pembunuhan Profesor Sudrajat. Luthfi, seorang perwira polisi dengan pribadi kurang menyenagkan, sekaligus kepala invesitgasi kasus ini, kembali meminta penjelasan tentang anagram sebelumnya yang sengaja dirahasiakan Doktor Grant.

Di lain pihak, media menilai kepolisian terkesan menutup-nutupi kasus tersebut. Hal ini menyulut Arie, seorang wartawan senior, berinisiatif untuk mencari sumber informasi lain melalui Angelina. Selain magang untuk penelitian tesisnya di Polres Jakarta, Angelina yang berada di bawah pengawasan Lutfi juga moderator di acara Conspiratus Society yang berlangsung selama empat hari. Hilangnya sang moderator dan Jhon Grant di hari ketiga menjadi menimbulkan tanda tanya bagi Arie dan Lutfi.

Pagi di hari yang sama, Sally Kostova, sekertaris pribadi Sudrajat, menghubungi Jhon Grant terkait sebuah medali bersimbol kepala banteng yang ditemukannya di dalam tasnya. Mereka sepakat bertemu di Bundaran Hotel Indonesia. Sally juga punya janji menemui Doni, tangan kanan Profesor Sudrajat, di sana. Pagi itu Doni mengatakan bahwa ia tahu pembunuh Sudrajat. Namun malang, selang beberapa menit dengan Sally, Doni yang tiba lebih dulu di sana tewas.

Penyelidikan kode dan simbol yang ditinggalkan Sudrajat oleh doktor Grant dkk, dibayangi teror dan spionase. Di dalam safe house di Halim, Jhon Grant dkk, berhasil menguak misteri dibalik medali berkepala banteng yang menggiring mereka pada peta harta karun bangsa Indonesia. Harta karun yang luput dari mata bangsa dan terabaikan, namun diincar oleh kelompok persaudaraan atau sekarang dikenal sebagai Neokolitik.

Misi pengejaran yang semula satu arah berbalik menyerang Grant. Pengejaran tersebut tanpa disangka membawanya menelusuri lorong-lorong rahasia dan menguak simbol-simbol terpendam di Jakarta yang tak banyak di ketahui orang.

Simbol dan ikon kota Jakarta yang tanpa diketahui sarat dengan illuminati. Sebut saja diantaranya Monas yang melambangkan persetubuhan suci, Museum Fatahillah yang penuh dengan nuansa angka tiga belas, peta pusat wilayah Menteng  yang merupakan simbol Baphomet atau kepala kambing dengan Bappenas sebagai otaknya, Bundaran HI yang setelah direnovasi semakin persis dengan Horus Eye, dan masih banyak lagi.

Rahasia besar Jakarta akan paganisme yang sengaja dikubur dalam-dalam oleh para pembangunnya selama berabad-abad terkuak satu per satu. Dan dengan nyata ada sejarah yang sengaja tak disampaikan.

Buku ini sarat dengan informasi dan pengetahuan sejarah yang takkan diperoleh di bangku sekolah. Karena faktanya sejarah selalu ditulis oleh para pemenang. Dalam novel ini, penulis bermaksud memaparkan fakta-fakta sejarah yang diramu dalam fiksi yang renyah.

Penulis menekankan pentingnya bangsa ini untuk tidak melupakan sejarah begitu saja. Dan bahwa bangsa kita mampu berdiri tanpa perlu berhutang pada negara imperialis. Bukannya malah menjadi budak para neokolitik dan korban konspirasi.

Membeberkan sepak terjang tokoh dan institusi berbasis luciferian di dunia, penulis menyokong tiap peristiwa dengan fakta-fakta yang "sengaja diabaikan". Penikmat teori konspirasi pasti tidak akan melewatkan buku ini.

Dilengkapi dengan footnote dan gambar-gambar dokumentasi penulis, novel ini akan membuat pembaca lebih mengerti dan mendapatkan feel dan gambaran lebih nyata ketika menelusuri alur cerita. Penulis juga menjelaskan secara sistematis dan detail akan karakter tokoh, tempat dan segala aspek dalam cerita. Menurut saya pembaca akan lebih nyaman jika pemilihan kata dalam narasi lebih bervariasi sehingga menghindari pengulanga frasa yang sama.

Novel ini sangat direkomendasikan bagi para pemuda yang cinta Indonesia, terlebih mereka yang tinggal di Jakarta. Dan bagi pecinta perfiliman, novel ini segera akan diangkat ke layar lebar. Jadi selamat menikmati dan selamat datang di dunia konspirasi.

#OneMonthOneBook #BookReview #FLPSumut

You Might Also Like

0 comments:

Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan Jejak ya ^_^