Discount! OMG (Part 1)

Rabu, Agustus 13, 2014 Pertiwi Soraya 2 Comments


How do you see “a discount”


"Kalau kamu lihat ada diskon...”




“Bagus dong, bisa dapat potongan harga.”

“Lumayan, bisa belanja lebih hemat.”

“Kalau aku sih,
diskon bisa berbahaya buat kantong, soalnya jadi pengen borong semuanaya. Apalagi kalau dapat dikon besar-besaran.”

“Wajib mampir sih. Lihat-lihat barang apa yang didiskon. Kalau suka, langsung beli. Kalau gak suka ciao deh.”

“Aku sih mikirnya, barang yang didiskon tu kalau gak lagi promo pastinya kagak laku, atau hampir kedaluarsa, atau kualitasnya kurang bagus. Apalagi kalau adanya di mall-mall, udah gitu diskon besar-besaran lagi, sampai 75%, beli satu gratis satu (atau malah gratis dua, gila). Saya mah, biasanya hati-hati banget sama yang kayak begituan.”

“Diskon itu kan salah satu strategi pemasaran untuk menarik konsumen. Selain kemasan produk yang menarik, harga miring juga dipercaya dapat menggaet perhatian lebih dari calon pembeli. So, ya sah-sah aja dong. Tinggal konsumennya aja yang harus berfikir jernih agar tidak menyesal kemudian.”

Nah, kalau kamu? ^_^


Yaps, beda orang beda pendapat. Ada positif ada juga negatif. Tinggal bagaimana menyikapinya.
Kalau saya pribadi sih, saya bukan pribadi yang pesimistis, tapi realistis. Jika kita fikir secara logis, siapa sih yang mau rugi?!

Sama dengan “diskon” atau potongan harga. Diskon berbanding terbalik dengan harga barang. Semakin bertambah diskonnya semakin berkurang harga normalnya. Berarti semakin berkurang untung yang didapat penjual, bahkan jauh dibawah biaya produksi barang tersebut. loh, berarti perusahaan merugi dong, wong modalnya saja gak balik? (Trus, kok masih aja buat diskon?)

Hmm, bisa iya bisa juga tidak. Loh kok?

Baiklah mari kita bedah satu persatu.

Tadi poin pertamanya rugi karena tidak balik modal kan? Nah, coba Anda bayangkan. Anda memproduksi sebuah kue Pao (kok mesti ini contohnya) dengan harga 1000 rupiah. Seharusnya terjual dengan harga 1.500 rupiah, namun tak seorang pun berminat karena mungkin harganya terlalu mahal atau karena faktor lain. Mana yang lebih baik, dapat modal kembali 375 rupiah (dengan memberikan diskon 75%) atau tidak balik modal sama sekali (alias rugi total)?

Pelajaran pertama: ada kemungkinan mutu barang kurang baik, dan bukan tidak mungkin berbahaya (udah mendekati tanggal kedaluarsa bro, seram).

Poin kedua, beri diskon tapi tidak merugi, kok bisa? Nah, kalau ini memang benar terjadi, berarti mereka punya strategi pemasaran yang luar biasa. Dengan kalkulasi yang tepat, dan pengemasan yang menarik, apa pun bisa terjadi di dunia pemasaran. Coba pikirkan dua benda dengan kualitas sama, bisa memiliki harga yang jauh berbeda, hanya karena di pasarkan di tempat yang berbeda. Sebuah syal buatan tangan  ditempatkan pada pedagang kaki lima hanya di gantung saja, dan syal yang sama ditempatkan di pusat perbelanjaan modern apalagi internasional dengan kemasan menarik. Perbedaan harganya bisa jutaan bro.

Anggaplah harga produksi syal tersebut 50.000 rupiah. Di kali lima, harga paling jauh 200.000 rupiah itu pun jika tanpa tawar-menawar. Sedangkan di pusat perbelanjaan, bandrol 1.000.000 rupiah wajar-wajar saja. Mesikupn diberi diskon 75 persen, atau beli satu gratis tiga (tiga bro, tiga), penjual tidak akan rugi, bahkan masih untung besar.  Ini dia matematikanya:
Diskon 75%:

1.000.000 – (75% x 1.000.000) = 250.000 (laba 200.000)
Beli 1 gratis 3:

1.000.000 – (3 x 50.000) = 850.000 (laba 800.000)
(Wow, ternyata jenis diskon buy 1 get x free jauh lebih menggiurkan bro)


Pelajaran kedua: semakin menggiurkn diskon yang ditawarkan, harus semakin waspadalah para pembeli. (Pikir sendiri J)

Bersambung dulu deh ya :)

You Might Also Like

2 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Jangan lupa tinggalkan Jejak ya ^_^